SANGATTA – Di balik hiruk-pikuk rutinitas sekolah yang berjalan setiap pagi di Kutai Timur, ada satu komponen yang kerap luput dari sorotan: Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA). Dana ini menjadi denyut nadi bagi banyak sekolah, baik negeri maupun swasta, agar tetap bisa membuka pintu bagi para murid dan melanjutkan proses belajar mengajar tanpa hambatan berarti.
Anggota DPRD Kutim, Joni, menyadari betul betapa pentingnya keberadaan BOSDA. Ia menyebut dana ini bukan sekadar angka dalam laporan keuangan, tetapi nyawa dari operasional pendidikan di daerah.
“BOSDA adalah program yang sangat krusial. Tanpa itu, banyak sekolah akan kesulitan menjalankan aktivitasnya. Maka dari itu, saya berharap pemerintah daerah terus memperkuat dan meningkatkan dana BOSDA ke depan,” ucap Joni dengan penuh keyakinan.
Baginya, pendidikan bukan hanya tanggung jawab satu pihak. Ini adalah kerja bersama—antara pemerintah, guru, orang tua, dan masyarakat luas. Semua harus berjalan dalam satu irama untuk menciptakan lingkungan belajar yang ideal.
“Kalau kita bicara soal pendidikan yang berkualitas, maka yang dibutuhkan adalah sinergi. Pemerintah menyediakan dukungan, guru melaksanakan tugas dengan sepenuh hati, dan masyarakat ikut menjaga serta mendorong proses belajar anak-anak,” tuturnya.
Tak hanya untuk kelancaran kegiatan operasional, Joni menegaskan bahwa peningkatan dana BOSDA juga akan membawa dampak besar pada fasilitas dan kualitas pembelajaran di sekolah. Dari ketersediaan buku, laboratorium yang layak, hingga pelatihan bagi para guru.
“Ini adalah investasi masa depan. Kalau kita ingin anak-anak Kutim tumbuh dengan pendidikan yang kuat, kita harus mulai dari sekarang, dari hal-hal yang nyata seperti BOSDA ini,” tambahnya.
Suara Joni adalah cerminan harapan banyak guru dan kepala sekolah di pelosok Kutai Timur. Harapan agar ruang kelas tetap terang, buku-buku tetap tersedia, dan anak-anak tetap semangat datang ke sekolah setiap hari.
Di tengah dinamika pembangunan daerah, suara kecil tentang pendidikan ini menjadi pengingat bahwa keberhasilan suatu daerah tak hanya dilihat dari infrastruktur megah, tetapi dari generasi mudanya yang tumbuh cerdas dan berdaya.
Karena di setiap ruang kelas yang tak pernah sepi itulah, masa depan Kutim sedang ditulis—halaman demi halaman. (Adv)














