KUTAI TIMUR – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) semakin agresif dalam menata wajah pariwisata daerah. Tidak ingin tertinggal dari daerah lain, Kutim kini meluncurkan strategi promosi besar-besaran melalui gelaran “Festival Magic Land 2025”. Ajang ini dirancang bukan sekadar sebagai pesta rakyat, melainkan sebagai etalase utama untuk memperkenalkan identitas dan potensi emas Kutai Timur ke panggung nasional.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutim, Mulyono, menjelaskan bahwa pemilihan tema “Magic Land” atau “Tanah Ajaib” bukan tanpa alasan. Narasi ini dibangun untuk menggambarkan betapa lengkapnya kekayaan alam yang dianugerahkan Tuhan kepada kabupaten ini. Kutim memiliki bentang alam yang unik, memadukan pesona bahari dengan kesuburan agraris yang jarang dimiliki daerah lain.
“Setiap daerah punya cara untuk menampilkan identitasnya, dan Kutai Timur memilih budaya serta kekayaan alam sebagai narasi utama. Kita memiliki laut yang indah, pantai yang mempesona, perkebunan yang subur, serta kekayaan alam yang luar biasa. Inilah keajaiban Kutai Timur yang ingin kita kabarkan kepada dunia,” ungkap Mulyono dengan antusias.
Festival Magic Land 2025 dikemas dengan konsep integratif yang memadukan seni pertunjukan, pameran kriya, hingga wisata kuliner dalam satu kawasan. Ribuan masyarakat yang memadati lokasi acara menjadi bukti tingginya antusiasme publik.
Pemerintah sadar bahwa pola promosi konvensional sudah tidak lagi cukup. Oleh karena itu, pendekatan kreatif dan modern menjadi kunci dalam festival ini. Kemasan acara yang “kekinian” diharapkan mampu menjangkau segmen pasar yang lebih luas, termasuk generasi muda (Gen Z) dan wisatawan internasional yang mencari pengalaman otentik namun tetap relevan dengan tren zaman.
Mulyono optimistis, jika narasi “Magic Land” ini dikampanyekan secara konsisten, dampaknya akan sangat besar bagi perekonomian daerah. Wisatawan yang datang tidak hanya akan menikmati pemandangan, tetapi juga membelanjakan uangnya di sektor UMKM dan industri kreatif. Lebih jauh, promosi ini diharapkan mampu menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor pariwisata Kutim.
“Festival ini adalah titik awal perubahan besar. Kami ingin Kutai Timur dikenal luas, bukan hanya sebagai daerah tambang, tetapi sebagai destinasi wisata dan budaya yang menjanjikan,” pungkasnya. (Adv/sl)














