KUTAI TIMUR – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur terus melakukan inovasi untuk menjaga stabilitas ekonomi dan ketahanan pangan daerah. Melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), pemerintah kini menerapkan terobosan baru berupa sistem digitalisasi pasar. Langkah strategis ini dirancang untuk memantau pergerakan harga bahan pokok penting (Bapokting) secara real time, menggantikan metode pengawasan manual yang kerap memakan waktu.
Kepala Disperindag Kutim, Nora Ramadani, menjelaskan bahwa sistem ini bekerja dengan mengintegrasikan data harga dari pasar-pasar di seluruh kecamatan langsung ke pusat pengendalian data di tingkat kabupaten. Konektivitas ini memungkinkan pemerintah mendeteksi potensi lonjakan harga dalam hitungan jam, bukan hari.
“Setiap pagi, tim kami memantau pergerakan harga komoditas krusial seperti beras, daging, sayuran, dan kebutuhan pokok lainnya. Jika terjadi kenaikan grafik harga, kami segera mengidentifikasi penyebabnya, apakah karena gangguan pasokan atau permintaan yang tiba-tiba tinggi,” ujar Nora menjelaskan mekanisme kerja sistem tersebut.
Kecepatan data menjadi kunci utama dalam strategi ini. Dengan informasi yang aktual, Disperindag dapat mengambil keputusan taktis dengan cepat untuk meredam gejolak pasar. Nora memaparkan, jika ditemukan kelangkaan atau lonjakan harga, pemerintah bisa segera berkoordinasi dengan Bulog maupun distributor lokal untuk mendistribusikan stok alternatif atau menggelar operasi pasar tepat sasaran.
Selain fungsi pengendalian inflasi, transformasi digital ini juga membawa angin segar bagi ekosistem pasar tradisional. Sistem ini secara otomatis meningkatkan transparansi perdagangan. Para pedagang terdorong untuk menjaga stabilitas harga dan kualitas produk karena menyadari adanya pengawasan yang terukur dari instansi terkait. Hal ini sekaligus menepis stigma pasar tradisional yang semrawut, membawanya menuju era yang lebih modern dan terpercaya.
Nora menekankan bahwa digitalisasi ini adalah bentuk perlindungan nyata pemerintah terhadap masyarakat selaku konsumen, sekaligus menjaga keberlangsungan usaha para pedagang.
“Transformasi digital ini menjadi tonggak baru perdagangan di Kutai Timur. Dengan teknologi, fluktuasi harga dapat diminimalkan, konsumen terlindungi, dan pasar tradisional tetap berdaya saing di era modern,” pungkasnya. (Adv/sl)














