Kutai Timur – Panitia Khusus (Pansus) Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Penyelenggaraan Keolahragaan DPRD Kutai Timur (Kutim) menyatakan kesiapan untuk merevolusi secara total sistem pembinaan atlet daerah. Rencana revolusioner ini akan mengadopsi model dan standar pembinaan yang telah teruji secara internasional, yang didapatkan melalui hasil studi banding ke salah satu sekolah khusus olahraga terkemuka di Provinsi Jawa Tengah.
Pandi Widianto, Ketua Pansus Raperda Penyelenggaraan Keolahragaan, menegaskan bahwa referensi dan pembelajaran yang diperoleh dari kunjungan tersebut akan menjadi bahan utama untuk memperkuat dan memperkaya pasal-pasal krusial dalam Raperda. Model pembinaan yang sukses di Jawa Tengah diharapkan mampu menjadi cetak biru bagi Kutim.
“Model pembinaan atlet yang kami lihat di sana benar-benar menjadi inspirasi utama bagi kami. Perda ini nantinya tidak hanya dirancang secara komprehensif, tetapi juga mampu mengakomodasi seluruh spektrum keolahragaan,” ujar Pandi Widianto.
Ia menjelaskan cakupan Perda akan sangat luas, mencakup olahraga prestasi yang menjadi fokus utama, olahraga tradisional yang perlu dilestarikan, olahraga penyandang disabilitas, hingga pemetaan dan pengembangan potensi atlet lokal yang tersebar hingga ke tingkat kecamatan dan desa. Pendekatan inklusif ini bertujuan memastikan tidak ada potensi atlet yang terlewatkan.
Pansus saat ini tengah memacu pembahasan secara intensif dan menargetkan produk hukum penting ini dapat disahkan dalam Rapat Paripurna pada awal Desember 2025. Target yang ketat ini menunjukkan urgensi penetapan regulasi baru tersebut.
Menurut Pandi, regulasi yang komprehensif dan berstandar global ini sangat vital. Perda ini akan berfungsi sebagai landasan hukum yang kuat untuk menciptakan ekosistem keolahragaan yang jauh lebih maju, terarah, dan profesional di Kutai Timur.
Politisi yang juga menjabat sebagai Ketua Fraksi Demokrat ini berharap, kehadiran Perda Keolahragaan ini dapat secara signifikan mendongkrak dan meningkatkan prestasi atlet Kutim. Harapan terbesarnya adalah agar Kutim mampu berprestasi gemilang, baik di kancah provinsi maupun nasional, sekaligus mengakhiri sistem pembinaan atlet yang selama ini dinilai kurang terstruktur dan masih bersifat parsial. (Adv)














