Kutai Timur – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Aidil Fitri, menyoroti ketimpangan kondisi kelistrikan yang terjadi di Kecamatan Telen. Meski seluruh desa di wilayah tersebut kini telah menikmati aliran listrik 24 jam, kapasitas daya yang tersedia tidak merata.
Aidil mengungkapkan, nasib empat desa di Telen, yakni Marah Halog, Long Segar, Long Melah, dan Kranyayan, berbeda jauh dengan desa tetangganya seperti Muara Pantun dan Juk Ayak. Keempat desa tersebut masih mengandalkan pasokan listrik dari mesin genset berkapasitas 220 KPA yang kini kondisinya sudah jenuh (overload).
“Listrik memang sudah masuk di semua desa di Kecamatan Telen. Namun untuk empat desa itu masih pakai genset 220 KPA. Karena digunakan empat desa, pemakaian sudah penuh,” ungkap Aidil Fitri, belum lama ini.
Keterbatasan kapasitas ini berdampak langsung pada aktivitas warga. Aidil menjelaskan bahwa masyarakat di empat desa tersebut tidak bisa mengajukan penambahan daya. Bahkan, warga yang baru membangun rumah kesulitan mendapatkan akses meteran baru karena daya yang ada tidak lagi mencukupi.
Kondisi ini kontras dengan Desa Muara Pantun dan Juk Ayak. Menurut Aidil, kedua desa tersebut sudah terlayani oleh Gardu Induk PLN, sehingga suplai listrik jauh lebih stabil dan fleksibel.
“Di sana (Muara Pantun dan Juk Ayak) ada gardu induk, jadi kebutuhan masyarakat terpenuhi. Mau tambah daya atau pasang baru meteran, masih boleh,” jelasnya.
Menyikapi kendala tersebut, Aidil berharap ada intervensi kebijakan dari Pemerintah Kabupaten Kutim. Meskipun kewenangan kelistrikan berada di tangan PT PLN, ia meminta agar Bupati Kutim dapat mengalokasikan anggaran untuk pengadaan unit genset tambahan dengan kapasitas yang lebih besar pada tahun depan.
“Mudah-mudahan ini dibaca Bupati, agar tahun depan ada penambahan genset. Mungkin dengan genset 300 KPA, sudah bisa melayani tambah daya dan sambungan baru bagi masyarakat di empat desa tersebut,” pungkasnya.(Adv)














